JAKARTA - Mega, Jokowi dan sejumlah tokoh melangsungkan pertemuan
di rumah Presiden Direktur PT Gesit Sarana Perkasa, Jacob Soetoyo,
Permata Hijau, Jakarta Selatan tadi malam, membahas tentang masa depan
politik Indonesia, dan dukungan negara-negara Barat kepada Jokowi.
Selain Mega, Jokowi, Sabam Sirait,
hadir Dubes Amerika Serikat (AS) Robert O.Blake Jr, Dubes Norwegia Stig
Traavik, Dubes Vatikan Mgr Antonio Guido Filipazzi, Dubes Myanmar U Min
Lwin, Dubes Meksiko Melba, Dubes Peru Roberto Seminario Purtorrero, dan
Dubes Inggris Mark Canning .
Pertemuan tertutup antara pucuk pimpinan
dan capres PDIP dengan beberapa dubes itu berlangsung tertutup selama
2,5 jam, dari pukul 19.30 WIB hingga 10.00 WIB.
Selesai pertemuan, Jokowi dan Mega
keluar dari kediaman Jacob Soetoyo, yang juga pemilik Hotel JS Luwansa,
berbareng. Namun, keduanya langsung naik ke mobil Marcedes Benz
bernomor polisi B 609 HPM di halaman rumah yang berlokasi di Jalan
Sircon G73, Permata Hijau itu.
Meskipun dicecar pertanyaan oleh
berbagai wartawan, Jokowi dan Mega tutup mulut mengenai pertemuan tadi
malam, tanpa membuka kaca mobilnya.
Ketika keluar dari halaman rumah, mobil yang ditumpangi Jokowi dan Megawati langsung pergi dan berusaha meninggalkan jejak.
Beberapa meter dari rumah, Jokowi turun
dari mobil Mega dan masuk ke mobilnya, Kijang Innova Luxury putih
bernopol B 1567 PRA dan langsung meninggalkan lokasi.
Sebuah sumber yang bersifat “inside”
sebelum Mega memutuskan mencalonkan Jokowi, berlangsung pertemuan di
Singapura yang dihadiri oleh ‘tujuh’ tokoh, diantaranya James Riyadi.
Jokowi dan PDIP akan menjadi ancaman masa depan bangsa Indonesia. Karena
nyata-nyata dibelakang Jokowi, kepentingan Barat dan Kristen.
(afgh/dbs/voa-islam.com) Selasa, 15 Jumadil Akhir 1435 H / 15 April 2014
15:20 wib
***
Tujuh Negara Asing Dibelakang Mega-Jokowi
JAKARTA - PDI
Perjuangan (PDIP) membuktikan bahwa Jokowi sebagai calon presiden
(capres) mendapat dukungan internasional atau negara asing. Ini
tergambar sejumlah Dubes di Jakarta yang melakukan pertemuan dengan Mega
dan Jokowi.
Sejumlah wakil negara asing sudah
melakukan pertemuan tertutup dengan Mega dan Jokowi. Tujuh negara yang
bertemu itu, diantaranya, Dubes Amerika Serikat, Dubes Vatikan, Dubes
Myanmar, Dubes RRC, Dubes Meksiko, Dubes Turki, dan Dubes Peru, Senin,
14/4/2014.
Pertemuan antara Ketua Umum PDIP
Megawati Soekarnoputri bersama Jokowi dengan tujuh dubes itu
berlangsung di rumah pengusaha Jocob Soetoyo. Pertemuan itu pun
menimbulkan spekulasi politik jelang Pilpres 2014. Ini bisa dilihat
siapa-siapa yang berada di belakang Jokowi, dan mulai melakukan
konsolidasi, termasuk adanya kemungkinan ‘deal’ politik antara Mega,
PDIP, dan Jokowi dengan ‘Tujuh’ negara yang sudah bertemu itu.
Megawati sudah ‘prepare’ melakukan kerja
sama guna mendapatkan dukungan dunia internasional. Megawati meminta
masukan soal cawapres pendamping Jokowi. Jadi Mega, PDIP, dan Jokowi
hanya menjalankan agenda kepentingan asing. Bukan menjalankan agenda
kepentingan nasional Indonesia. Termasuk Mega, PDIP, dan Jokowi minta
‘petunjuk’ siapa yang bakal menjadi cawapres Jokowi.
Negara yang paling berkepentingan
terhadap Indonesia Amerika,Vatikan, Cina, Myanmar, Tukri, dan Meksiko.
Amerika paling besar kepentingan terhadap Indonesia. Banyak perusahaan
raksasa Amerika beroperasi di Indonesia, seperti Mc.Moran yang mengelola
Free Port, dan sejumlah perusahaan minyak di Indonesia.
RRC sama dengan Amerika memiliki
kepentingan yang besar terhadap Indonesia. Karena, Indonesia pemasok
terbesar gas dan batubara kepada Cina, sejak zamannya Mega. Selain itu,
RRC ingin memastikan jaminan keamanan bagi komunitas Cina di Indonesia
yang sudah menguasai 80 persen asset ekonomi Indonesia.
Myanmar, juga ingin mendapatkan jaminan
dari Jokowi, terhadap dampak kekejaman kaum Budha di Myanmar agar tidak
menimbulkan dampak buruk bagi Myanmar. Turki mewakili negara Muslim yang
ingin melihat bagaimana kebijakan Mega dan Jokowi di masa depan. Jokowi
seorang Muslim ‘abangan’, pasti lebih akomodatif kepada kepentingan
asing dan barat.
Sementara itu, Vatikan ingin mendapatkan
jaminan bagi warga Katolik di Indonsia, tidak seperti terjadi di
Malaysia. Di mana kelompok Kristen dilarang menyebarkan agama mereka
kepada kelompok Muslim, termasuk larangan kegiatan di telivisi, dan
bahkan di Malaysia orang kristen tidak boleh menggunakan kata ‘Allah’.
Sejatinya, “Pertemuan itu uji publik
figur cawapres lewat pendekatan internasional, manakah cawapres Jokowi
yang cocok mendampingi kekurangan beliau yang potensial untuk menang,”
kata salah seorang fungsioanaris PDIP.
Betapa nasib Indonesia diserahkan kepada
asing, bukan Mega sebagai Ketua Umum PDIP, yang selalu mengatakan
dirinya anak Bung Karno, dan memiliki jiwa patriot dan nasionalisme.
Ternyata palsu.Dikutip dari nahimunkar.com dengan perubahan
0 komentar:
Posting Komentar